Infolinks In Text Ads

Metode kontrasepsi barier lain seperti diapragma cincin vagina dan cervical cap

Metode kontrasepsi barier lain, seperti diapragma, cincin vagina, dan cervical cap tidak direkomendasikan untuk melindungi penyebaran HIV dan AIDS. Bahan pembunuh sperma (Spermicides) yang terbukti dapat digunakan untuk mencegah kehamilan ternyata tidak dapat mencegah penularan HIV.

1. IUD dan IUS ; Berdasarkan berbagai penelitian dalam 5 tahun terakhir, WHO merevisi rekomendasi penggunaan IUD pada perempuan pengidap HIV. Untuk semua jenis kontrasepsi bagi pengidap HIV, kecuali IUD digolongkan pada kategori 1, yaitu kontrasepsi yang dapat digunakan tanpa batasan atau larangan apapun. Kategori 2 bilamana dengan risiko tinggi terhadap infeksi HIV, wanita sudah mengidap HIV dan pengguna IUD yang terinfeksi HIV serta sedang berubah statusnya menjadi penderita AIDS. Demikian juga penderita AIDS yang secara klinis menunjukkan gejala membaik setelah diobati HAART, maka mereka juga dimasukkan pada rekomendasi kategori 2. Rekomendasi kategori 2 ialah metode kontrasepsi yang umumnya dapat dipakai, karena risikonya lebih rendah dibanding tidak memakai.

Pada kondisi lapangan yang sangat terbatas dalam melakukan keputusan klinis, maka rekomendasi WHO dapat disederhanakan kedalam dua (2) kategori. Kategori 1 dan 2 pada prinsipnya kontrasepsi dapat dipakai, sedangkan kategori 3 dan 4 prinsipnya alat atau obat kontrasepsi yang tidak dapat dipakai. Rekomendasi untuk IUD dengan kategori 3 bilamana diberikan kepada wanita dengan HIV positif dan akan memulai kontrasepsi dengan IUD.

Kesimpulannya adalah IUD dan IUS adalah kontrasepsi efektif, reversible, tidak terjadi interaksi dengan obat-obat ARV, tidak meningkatkan risiko dan tidak menyebabkan infeksi HIV. Hampir semua badan International sepakat bahwa IUD dapat digunakan oleh hampir semua perempuan mengidap HIV. Namun demikian, pengidap HIV masih tetap dianjurkan metode kedua (dual method) berupa kondom.
Upaya-upaya khusus perlu dilakukan untuk menghilangkan hambatan terhadap penggunaan IUD bagi perempuan pengidap HIV, termasuk hambatan psikologis, ketersediaan tempat dan petugas yang mampu melayani IUD.

2. Sterilisasi
Sterilisasi adalah metode yang umumnya dipakai oleh pasangan yang usianya sudah diatas 40 tahun. Di Indonesia, metode sterilisasi belum populer seperti di negara maju, sehingga prevalensinya masih dibawah 10%. Meskipun pengembalian atau penyambungan kembali dimungkinkan, metode ini hendaknya diperlakukan seperti metode yang permanen. Dalam kaitannya dengan masalah HIV, metode vasektomi tidak menurunkan risiko trasmisi virus kepada pasangannya. Tingkat infeksi HIV juga tidak ada perbedaan antara sebelum dan sesudah vasektoumi, tidak seperti halnya sunat (circumcition) yang telah terbukti menurunkan risiko tertular dan menularkan HIV.

0 comments:

Posting Komentar