Infolinks In Text Ads

Proses Menjadi Lanjut Usia Atau Menua

MENYESUAIKAN DIRI DENGAN PERUBAHAN PSIKOLOGI DAN SOSIAL PADA USIA LANJUT

I. PENDAHULUAN

Keberhasilan Pembangunan khususnya di bidang kesehatan menumbulkan jumlah penduduk yang meninggal dalam usia muda menurun drastis dan harapan hidup rata-rata semakin panjang. Ini berarti bahwa dalam jangka panjang jumlah golongan penduduk dalam usia lanjut semakin besar.
Data di biro statistik menunjukkan bahwa sensus penduduk tahun 1995 terdapat 12,7 juta orang yang berusia 60 tahun keatas. Hal ini dapat menimbulkan masalah baru apabila tidak kita perhatikan sejak dini. Karena pada kenyataannya sering kita jumpai orang yang merasa takut dalam menghadapi usia lanjut.

Mereka takut dengan adanya perubahan fisik, badannya tidak menarik seperti pada saat masih muda, rambutnya mulai banyak uban, kulitnya mulai banyak keriput, timbulnya menopause, takut menghadapi pensiun, merasa tidak ada peranan penting lagi, merasa tidak dapat berkarier lagi, merasa tersaingi dengan yang muda dan sebagainya.

Ketakutan dalam menghadapi usia lanjut ini dapat menimbulkan mereka mempunyai harga diri yang rendah, sulit tidur, tidak nafsu makan, tidak bergairah dalam bekerja, dan bahkan dapat menimbulkan seseorang mengalami gangguan jiwa.

Sebetulnya keadaan ini tidak perlu terjadi apabila ada persiapan dalam menghadapi usia lanjut dan mereka berani dalam menghadapi tantangan atau bahaya pada usia ini, dengan demikian maka kesempatan manis bagi pertumbuhan dan pengembangan diri tidak hilang, mereka mempunyai kesempatan yang besar untuk pematangan diri, untuk mencapai tingkat perkembangan diri sebagai manusia secara penuh, serta dapat menikmati usia lanjut dengan bahagia dan sejahtera.

II. PROSES MENJADI LANJUT USIA

Proses menjadi lanjut usia atau menjadi tua menghadapkan orang pada salah satu tugas yang paling sulit dalam perkembangan hidup manusia. Menurut kodratnya, manusia menolak pelepasan mahkota hidupnya di dalam proses menjadi tua.

Pada mulanya mereka melawan kenyataan yang tidak terelakkan bahwa mereka menjadi tua dan akhirnya dengan hati sakit mereka hanya bisa menerima. Pada saat ini, lepaslah segala ambisinya, mereka menjadi kesal dan kehilangan semangat hidup.

Bagi mereka pada usia itu hidup praktis berhenti, meskipun mereka masih mondar-mandir sebagai warga masyarakat yang gelisah tanpa tujuan. Dengan keadaan itu yang bersangkutan tidak mengerti bahwa proses untuk menjadi tua memberikan kesempatan yang besar untuk pematangan diri, untuk mencapai tingkat perkembangan diri sebagai manusia secara penuh.

Ada beberapa tingkatan umur yang berbeda-beda, dari kanak-kanak, remaja dan tingkat dewasa. Kita juga tahu bagaimana penting dan sulitnya menghadapi masa peralihan dengan tepat, dari tingkat kanak-kanank ke remaja, dan kemudian ke tingkat dewasa.

Namun hal ini tidak selalu kita sadari. Demikianpun kebanyakan orang tidak menyadari bahwa peralihan dari usia tengah baya yang aktif ke tingkat usia lanjut juga membawa krisis yang berat. Pembicaraan mengenai hal ini tidak banyak kita dengar, karena kebanyakan orang tidak mau mengakui, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain, bahwa setiap orang merasa perlu tetap muda, atau sekurang-kurangnya berusaha tetap tampil muda.

Akan tetapi, penipuan diri yang kosong ini tidak dapat mengubah kenyataan, bahwa siapapun secara pelan-pelan menjadi usia lanjut. Orientasi pada budaya muda itu dapat mempersulit orang dalam proses menjadi usia lanjut dengan rasa bahagia, sebab mereka hanya mendapat sedikit pengertian dan bantuan dari masyarakat dalam menghadapi krisis masa transisi.

Kenyataan tidak dapat kita ingkari, siapapun dari kita ini kalau tidak didahlui mati, tentu akan berhadapan dengan krisis usia lanjut. Semua wanita lambat atau cepat akan menyadari bahwa pesonanya akan memudar. Mereka akan sadar bahwa daya tarik tubuhnya semakin berkurang.
Orang dapat tetap memuji kecakapannya, sukses dalam profesi dan nama baiknya, tetapi itu semua baginya tidak lebih dari pensiun di hari tua. Sakit badan tertentu membuat mereka merasakan gangguan kekuatannya dan pemikirannya. Wanita yang telah menjadi usia lanjut akan menjadi cepat marah, mudah tersinggung dan gelisah, tenaganya semakin merosot, semakin lemah. Pagi hari kehilangan daya tariknya, siang hari menjemukan, sore dan malam hari terasa berlangsung panjang dalam sunyi sepi.

Ketika orang mencapai usia lanjut, ia mengalami kesusahan siang dan malam, sekonyong-konyong apa saja menjadi persoalan misalnya kehidupan profesionalnya, hubungan dengan bawahannya dan kehidupan seksualnya. Keluarganya menjadi lebih kecil, karena anak –anak menjadi lebih dewasa dan meninggalkan lingkungan keluarga. Seringkali dirasakan bahwa efisiensi kerjanya merosot dam kreativitasnya menurun. Kebanyakan orang pada umur ini mulai kehilangan kepercayaan diri dan rasa amannya. Apapun yang terjadi membuat dirinya kebingungan.

Sementara itu ia dapat merasa bangga atas keberhasilan generasi baru, sejauh ikut menentukan keberhasilan itu dan dapat menikmati sukses pertamanya. Namun apabila generasi baru ini lambat laun mengambil oper tugasnya, maka ia mulai merasakan bahwa rasa pedih dan cemburu mulai merayapi dirinya yang semula ber-rela hati.

Inilah tanda lahiriah pertama mulai berkembangnya krisis orang menua. Adapun secara batiniah, rasa dingin semakin dalam timbul dalam dirinya dan timbul pertanyaan: ”hidup terus berlangsung, mungkinkah pada sutu hari aku tidak diperlukan lagi”. Dan pada kesempatan ini dapat muncul gagasan, bahwa ia dapat terhempas dari kehidupan ini.

III. PERUBAHAN PSIKOLOGI DAN SOSIAL PADA USIA LANJUT

Menjadi tua tidak berarti mundur secara psikologis. Daya ingat memang berkurang, sebab orang lebih memperhatikan hal-hal penting, sedangkan yang kurang penting tidak diingat. Di luar negeri pernah diadakan percobaan mendirikan universitas yang menerima mahasiswa yang sudah berusia lanjut. Ternyata banyak orang yang berusia lanjut yang berhasil. Semangat belajar mereka lebih besar daripada orang-orang muda. Hal ini disebabkan mereka mempunyai pengalaman hidup yang lebih banyak dibandingkan dengan yang muda.
Beberapa masalah sosial dan psikologi yang dihadapi pada usia lanjut antara lain :
  1. Pensiun
    Idealnya, masa pensiun merupakan waktu untuk menikmati hal lain dalam hidup ini, menjadi santai, melaksanakan cita-cita berkelana, aktif dalam bidang sosial dan filsafat. Tetapi kadang-kadang dalam kenyataannya pensiun sering diartikan sebagai ”kehilangan” pekerjaan, penghasilan, kedudukan, jabatan, peran sosial, dan juga harga diri.
  2. Fungsi Mental
    Pada umumnya terjadi penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi prises belajar, pemahaman, pengertian, tindakan dan lain-lain menurun, sehingga perilaku cenderung lebih lambat. Usia senja yang menderita demensia, perubahan dan penurunan fungsi kognitif akan lebih jelas dan progresif.
    Fungsi psikomotor yang meliputi dorongan kehendak/bertindak pada umumnya mulai melambat sehingga reaksi dan koordinasinya juga menjadi lambat. Sedangkan hal yang positif yaitu dihormati, dituakan, disegani, lebih bijaksana, lebih hati-hati dalam tindakan, tempat meminta nasehat. Secara garis besar ada 5 tipe kepribadian pada usia senja :
    1. Tipe Konstruktif : Orang yang sejak muda dapat menerima fakta dan kehidupan, menjadi tua diterima dengan santai. Mereka memiliki sifat yang toleran dan fleksibel, sehingga lentur dalam menerima kenyataan misalnya pensiun, kehilangan pasangan dan sebagainya, mereka nrimo tetapi bukan pasrah.
    2. Tipe Dependen : Sifat pasif tak berambisi, optimistik tak dilaksanakan perkawinan terlambat, didominasi oleh istri. Pada usia senja senang karena pensiun dan santai, banyak makan dan menikmati hari libur. Tetepi bila mereka kehilangan pasangan hidupnya merasa kehilangan tempat bergantung yang merupakan masalah besar, sehingga tidak jarang mereka terus menerus sakit-sakitan dan akhirnya menyusul pasangannya lebih cepat.
    3. Tipe Independen (mandiri): Pada masa mudanya merupakan orang yang aktif dalam pergaulan sosial, reaksi penyesuaian diri cukup baik dan cenderung menolak tawaran / bantuan orang lain. Keadaan tersebut cenderung dipertahankan sampai usia senja sehingga cemas menghadapi masa tua, misalnya cenderung menunda masa pensiun atau tetap bertahan aktif dalam profesi atau pekerjaannya dan tidak tampak menikmati masa tuanya.
    4. Tipe Bermusuhan : Orang yang cenderung menyalahkan orang lain untuk kesalahannya, sering mengeluh, agresif, curiga, riwayat pekerjaan tidak tetap, tidak dapat melihat segi positif pada usia lanjut, takut akan kematian, iri terhadap orang muda. Sering menunjukkan perilaku yang seoalah-olah mencari ketenangan sebagai gambaran yang menggambarkan dirinya tidak tenang.
    5. Tipe Benci diri : Orang yang kritis terhadao dirinya, tidak berambisi dalam pekerjaan. Perkawinan kurang bahagia karena banyak menyesali diri, anak serta pasangan hidupnya, seolah-olah masa lalu yang seharusnya diisi dengan segala keinginan sudah lewat, akhirnya pasrah tetapi tidak ”nrimo”. sehingga banyak mengalami krisis. Takut akan kematian.
  3. Kehilangan pasangan
    Kematian pasangannya merupakan stress psikososial yang sangat berat.
  4. Fungsi Seksual
    Sering menurun karena penyakit fisik seperti jantung koroner, diabetes melitus, artritis. Akibatnya harus makan obat anti hipertensi, anti diabetika, steroida, obat penenang. Sebagian usia senja harus menjalani pembedahan seperti prostatektomi. Menderita vagintis dan malnutrisi.
  5. Menemukan Kebahagiaan
    Bentuk-bentuk pernyataan kebahagiaan dan kegembiraan yang khas pada masa muda, tidak lagi mempunyai daya tarik pada masa usia senja. Ada beberapa kegiatan menarik yang tidak bisa dilaksanakan, misalnya kegiatan yang memerlukan kekuatan fisik misalnya olah raga atau perjalanan jauh
    Kebahagiaan di masa lampau sewaktu masih muda, kini bagi kebanyakan usia senja hal-hal tersebut hanya menjadi kenangan. Bagi usia senja, tidaklah menguntungkan untuk bermimpi diluar jangkauannya. Dalam hidup ini tahap demi tahap orang harus mengembangkan minat pada hal-hal yang memberikan kegembiraan apabila mau menjadi orang sepenuhnya.
    Setiap orang harus menemukan caranya sendiri untuk mendapatkan kebahagiaan di masa tuanya. Bagi sementara orang bisa terjadi, cuculah yang menjadi sumber kesenangan dan kepuasan. Orang lain mengembangkan perhatiannya di bidang seni, musik dan buku-buku
  6. Kematangan Iman
    Setelah seseorang memasuki usia tua, banyak terjadi persoalan-persoalan mengenai kesehatan, dorongan seksual, jaminan ekonomi. Hal-hal seperti ini nampak tidak stabil lagi sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Maka tidaklah mengherankan apabila timbul kebimbangan iman. Orang akan mempunyai problema yang berat, apabila imannya tidak berkembang matang.
    Pada usia senja, iman kepada Tuhan Yang Maha Esa perlu diperdalam dan dimatangkan, agar persoalan-persoalan yang dihadapi tidak menjadi terlalu berat.
  7. Menemukan Makna Hidup
    Salah satu persoalan pokok orang usia senja ialah pemikiran yang menakutkan bahwa mungkin dirinya sudah tidak berarti lagi. Dia merasa dirinya sudah tidak diperlukan lagi ditempat kerjanya, dalam keluarga dan masyarakat. Banyak orang usia senja yang menderita neurosis dan bermacam-macam ketidakseimbangan mental karena kekosongan dan tidak adanya tujuan hidup di masa senja.
    Pada usia senja, seseorang harus dapat menemukan kembali makna hidupnya. Menemukan kembali makna hidup pada masa senja tergantung pada kesehatan, kemampuan dan situasi konkrit kehodupan pribadi yang bersangkutan.
    Bagi beberapa orang, merawat cucu-cucunya dapat menghilangkan rasa takut dan dapat mengembalikan kesadaran baru akan tujuan hidup dan kegembiraan di usia senja. Banyak orang usia senja merasa lebih muda lagi ketika diminta memberi nasihat. Perasaan berguna dan diperlukan, dapat mengembalikan kepercayaan kepada diri sendiri yang sudah menipis dan memberikan makna hidup baru dan tujuan hidupnya.
  8. Membina Perkawinan Menjadi Satu Kesatuan Yang Baru
    Bagi pasangan suami istri, saat suami pensiun dapat merusak hubungan mereka, tetapi juga dapat menjadi awal hidup bersama yang sempurna. Pada waktu pensiun, istri takut apabila suami mencampuri urusan tumah tangga. Dengan ikut campurnya suami dalam urusan rumah tangga, sering menimbulkan pertengkaran.
    Akan tetapi perkawinan dapat juga mengalami perubahan yang sebaliknya. Pada masa suami pensiun hubungan suami istri dapat menjadi intim. Untuk membina perkawinan menjadi satu kesatuan diperlukan komunikasi, hubungan yang mendalam antara suami dan istri.

V. KESIMPULAN

Masa usia lanjut merupakan masa yang sulit dalam perkembangan hidup seseorang. Menurut kodratnya, manusia menolak pelepasan mahkota hidupnya di dalm proses menjadi tua.
Pada masa ini terjadi perubahan fisik, juga banyak terjadi perubahan psikologi dan sosial. Pada masa usia lanjut seseorang harus bisa menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya, mampu mengahdapai problema kesepian, mulai mendekatkan diri kepada yang kuasa, menerima masatua dengan wajar, berlatih bijaksana, mencapai keutuhan dan menemukan makna hidup.

Penyesuaian diri dengan terjadinya perubahan psikologi dan sosial pada usia lanjut, maka seseoarang akan mampu hidup sehat dan bahagia, bagi para usia lanjut yang sulit menemukan diri dengan berbagai perubahan psikologi maupun sosial, maka mereka tidak bisa menikmati usia senja dengan bahagia.

0 comments:

Posting Komentar